28.2.11

Serial of Communication: The Root is Communication












Belum lama ini, aku mendengar berita miring tentang sikap tidak amanah seorang ikhwan. Atas berita itu, aku merasa kecewa kepada ikhwan tersebut. Aku menjadi tidak respek padanya. Aku terus ‘ngedumel’ dalam hati. Kok bisa ya, padahal jenggotnya panjang, istrinyapun memakai jilbab lebar. Aku terus berpikir, penampilan dan cara berpakaiannya menunjukkan sang ikhwan paham agama. Kok sampai?
Cukup lama aku tenggelam dalam pikiran buruk tentang ikhwan itu. Hingga akhirnya, Allah mempertemukan kami dan kami terlibat perbincangan cukup lama (tentu saja ikhwan tersebut didampingi istrinya). Dari perbincangan itu, rasa respekku yang memudar akibat berita miring itu, perlahan-lahan tumbuh lagi. Dan tak henti-hentinya aku beristighfar di dalam hati di sela-sela perbincangan kami.
Akupun bersyukur kepada Allah. Dengan skenarioNya, Allah melindungiku dari prasangka buruk yang berkelanjutan terhadap saudara seiman. Dan atas kehendakNya, Allah bersihkan ikhwan tersebut dari segala dugaan-dugaan yang tidak benar melalui ‘perbincangan’ kami. Karena dari perbincangan itulah, aku jadi lebih paham tentang dirinya, bahwa sesungguhnya orang-orang salah sangka terhadap ikhwan ini.
(
eramuslim.com)
***
Sederhana. Semua masalah dalam kehidupan ini, sejatinya hanyalah masalah komunikasi. Itulah kenapa komunikasi merupakan fitrah kebutuhan primer manusia. Manusia yang juga disebut makhluk sosial, takkan mampu bertahan dalam rimba kehidupan tanpa adanya komunikasi. Namun, karena sederhana itu, tidak sedikit yang menyepelekan masalah komunikasi ini. Coba kalau setiap orang sadar akan akar masalah ini, tentu semua bisa berjalan dengan lebih cantik dan mulus (bi'idznillah).
-
Bahkan dalam Qur'an, telah menyebutkannya. Setidaknya, saya telah menemukan dua ayat yang mengandung kata "tabayun", klarifikasi terhadap suatu masalah. Maka tidak aneh sebetulnya, bila kita mau memperbaiki komunikasi maka relasi kita dengan sesama akan menjadi lebih indah. Ibnul Qoyyim mengatakan dalam setiap gesekan antarindividu, ukhuwwah adalah pelumasnya. Tetapi, dalam ukhuwwah tetap dibutuhkan sebuah komunikasi yang positif dan sehat. Membicarakannya baik-baik. Itu sebuah solusi jadul (kalau boleh saya bilang) yang sudah kerap diulang-ulang. Akan tetapi, dalam realita ini sulit diwujudkan. Ego. Itulah yang masih menghalangi kita untuk menemukan kesepahaman melalui komunikasi.
-
Tak kenal maka tak sayang, tak kenal maka ta'aruflah. Jargon baru era abad 21 itu bisa menjadi awalan memulai komunikasi yang positif dan sehat. Komunikasi bisa menumbuhkan kekuatan kultural yang baik, yang mampu memberi energi positif terhadap setiap aktivitas dan problema hidup kita. Tidak percaya? Coba saja (to be continued...)